Meraih Kelulusan Dengan Predikat Terbaik, Akan Tetapi Ia Sangat Sedih Bukan Bahagia, Ini Alasannya!
INIKECE - Menjadi seorang anak pastinya akan membuat orangnya bangga dan bahagia. Tetapi tidak seperti yang dialami oleh pria asal Filipina ini. Dalam acara wisudanya ia terlihat sedih bukanlah bahagia.
Pria ini bernama Jeric R Rivas ini harusnya berbahagia karena dia sukses mendapat gelar lulusan terbaik di Science in Criminology sebuah universitas di Filipina. Kesuksesannya ini tentu ingin sekali disaksikan oleh kedua orangtuanya saat di wisuda.
Namun hal sederhana seperti itu tidak pernah terwujud,

Sedihnya lagi, semenjak Jeric kecil, tak pernah sekalipun orangtuanya menghadiri wisuda pendidikan Jeric. Alasan kedua orangtuanya tak bisa menghadiri semua wisuda pendidikan Jeric adalah karena mereka tidak bisa menerima kehadiran Jeric dalam kehidupan mereka.
Seluruh kesedihan ini dituangkan Jeric di laman Facebooknya sehingga menjadi viral. Akun Facebook Jeric R Rivas membagikan cerita menyedihkan dirinya pada Minggu (14/4/2019).

Bunyi curhatan Jeric lengkapnya seperti berikut ini :
"Aku merasa sedih dan senang jelang hari wisudaku. Sedih karena ingat apa yang terjadi ketika masih SD dan SMA. Ketika SD aku mendapat nilai tinggi, tapi di hari spesial itu tak ada kerabat atau orangtua naik ke panggung untuk menggantungkan medali di leherku.
Begitu pula ketika SMA, aku lagi-lagi mendapat nilai tinggi, tapi tak ada yang datang. Bahkan aku sampai meminta tolong orangtua teman sekelas agar mau meggantung medali menggantikan keluargaku," tulis Jeric mengawali cerita.
Cerita sedih Jeric itu terus berlanjut hingga ia duduk di universtias.
"Hari berikutnya, kita wisuda, kita semua yang lulus dan orangtua teman sekelasku ada di sana kecuali aku. Aku melihat depan, belakang, di sebelah kiri, di sebelah kanan, aku berharap melihat sekilas kehadiran mereka (orangtua), tapi tidak ada.
Aku sudah menunggu beberapa menit, sampai waktu telah berlaku, kita semua diatur dan nama kita dipanggil satu-satu. Salah satu teman sekelas aku naik panggung dengan oranguta untuk menerima ijazah. Sampai aku mendengar namaku, dan ini aku lagi, aku bisa kembali ke entblado sendirian.
Saat aku sedang berjalan (ke panggung) air mataku menetes, karena saat wisuda, orangtuaku tidak bisa hadir. Aku merasa iri karena orang lain didukung oleh orangtua, sedangkan aku tidak ada. Ketika aku berjalan, salah satu profesor berdiri di panggung menungguku dan memelukku.
Pada saat itu, beberapa kesedihanku menghilang tetapi aku masih menangis di depan semua orang. Kepada orangtuaku, yang sampai hari ini tidak bisa menerimaku dalam hidup mereka, jika kamu membaca ini, ini aku sekarang dan aku harap aku membuatmu bangga...," tutup Jeric.

Jeric sendiri tidak mendapati kesuksesan tersebut dengan mudah. Ia menempuh sendiri pendidikannya karena selama ini Jeric bekerja sembari kuliah. Jeric yang sebelumnya tinggal di Pulau Sibuyan, Romblon pindah ke tempat lain dan berkuliah di kampurs bergengsi San Jose Del Monte, Bulacan. Ia berkuliah sambil bekerja, mencari penghasilan sendiri untuk membayar biaya kuliahnya.
Melihat dirinya tidak didampingi kedua orangtuanya menjadi wisudawan dengan lulusan terbaik, Jeric tak kuasa membendung kesedihannya. Tampak pada foto unggahannya di laman Facebook, di mana ia hanya duduk lesu sambil menangis.
Postingan dan kisah Jeric pun dengan cepat menjadi viral dan membuat banyak warganet menjadi terharu. Harusnya menjadi sebuah kebanggaan bagi kedua orangtua pria itu, namun sayangnya kisah hidup orang tidak ada yang sama. Kisah perjalanan Jeric sungguh membuat sesak setiap orang yang membacanya karena sedih. Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari kisah ini.
0 comments:
Post a Comment