Kesempatan Audrey Yu Jian Hui Kembali Ke Tanah Air, Indonesia Untuk Mengabdi Menjadi Seorang?

Kesempatan Audrey Yu Jian Hui Kembali Ke Tanah Air, Indonesia Untuk Mengabdi Menjadi Seorang?

INIKECE - Ditolak berbagai universitas Indonesia, karna umur yang terlalu muda. Audrey Yu Jian Hui adalah orang Surabaya, Indonesia. Ia adalah anak muda yang sangat jenius dan pintar di usia yang sangat muda.

Presiden Jokowi mengumbar wacana mau menggaet kaum muda milenial untuk masuk dalam jajaran menteri kabinet dalam periode kedua kepemimpinannya, 2019-2024. Ide tersebut mendapat respons positif dari warganet.

Sebagai timbal-balik, warganet mewacanakan sejumlah sosok milenial yang dinilai cocok menjadi menteri dalam kabinet Jokowi, salah satunya adalah Audrey Yu Jian Hui.

Audrey adalah warga Surabaya, Jawa Timur, dan viral di media sosial sebagai sosok yang disebut-sebut baik menjadi menteri termuda Jokowi.

Ia menjadi salah satu dari 72 Ikon Berprestasi Indonesia yang dinobatkan dalam Festival Prestasi Indonesia. Ajang itu digelar oleh Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila. Sejak saat itu, perempuan bernama lahir Maria Audrey Lukito tersebut beken di mata masyarakat Indonesia.

"Audrey, calon menteri termuda yang cintai mati kepada Indonesia," kata akun Twitter Aditya Wisnu, mengusung Audrey sebagai menteri milenial Jokowi.

Akun itu menjelaskan, Audrey Yu Jian Hui adalah warga asli Surabaya yang mempunyai kecerdasan otak luar biasa.

"Kecerdasannya luar biasa. SD ditepuh 5 tahun, SMP 1 tahun dan SMA 11 bulan. Lulus SMA di usia 13 tahun, tidak ada Universitas di Indonesia yang menerima karena usianya terlalu muda," jelasnya.


Kekinian, Audrey disebut akun tersebut bekerja di NASA, badan antariksa Amerika Serikat. Sementara akun Facebook Wahyu Sutono juga menominasikan Audrey sebagai menteri termuda Jokowi.

"Kandidat ketiga menteri termuda. Si jenius yang cinta mati kepada Pancasila. Dia adalah Audrey Yu Jia Hui, seorang patriot muda keturunan Tionghoa yang dikenal jenius, berbakat, dan penulis buku yang sangat mencintai tanah kelahirannya meski kini harus berkarier di luar negeri," tulisnya.

Lantas, bagaimana profile Audrey yang disebut-sebut sebagai "anak ajain/jenius" asal Surabaya itu? Wahyu Sutono menjelaskan panjang lebar dalam satu tulisan berikut ini :

Si jenius yang cintai mati kepada Pancasila

Dia adalah Audrey Yu Jia Hui, seorang patriot muda keturunan Tionghoa yang dikenal jenius, berbakat, dan penulis buku yang sangat mencintai tanah kelahirannya meski kini harus berkarir di luar negeri.

Lahir di Surabaya pada 1 Mei 1988, dan sejak balita sudah memperlihatkan tanda-tanda kecerdasan yang tak lazim untuk seusianya, dan ketika usia tiga tahun, dirinya sangat kesulitan mendapat teman lantaran 'pemikiran aneh' yang ada dalam benarnya, serta dianggap tidak sesuai dan jauh dari hal normal anak-anak bahkan orang dewasa sekalipun.

Tak ayal, pada usia yang masih belia, dirinya harus merasakan susahnya depresi ala orang dewasa dan stress yang berkepanjangan.


Seabagai pelipur, ia mencurahkan perhatiannya pada buku-buku sastra dan kamus yang sering dibacanya. Ia juga selalu mengingat pesan gurunya semasa SD, bahwa setiap cita-cita, pasti akan tercapai jika diiringi dengan sikap giat belajar. Berbekal petuah ini, dia pun berhasil lulus kuliah pada usia yang masih cukup belia, yakni 16 tahun.

Gadis jenius yang juga mengagumi tokoh kemerkedaan India, Mahatma Ghandi, berhasil lulus sekolah dengan cara 'melompati' jenjang pendidikan formal yang berlaku di Indonesia.

JENIUS

Tercatat, dirinya berhasil menamatkan pendidikan SMP yang ditempuh hanya dalam waktu satu tahun, dan SMA-nya ditempuh dalam waktu sebelas bulan.

Saat menginjak usia 16 tahun, ia berhasil lulus kuliah secara Cumlaude pada jenjang S1 di The College of Wiliam and Mary, Virginia, Amerika Serikat jurusan Fisika.

Uniknya ia tidak memerlukan bimbingan seorang guru ketika dirinya menghadapi beragama tes dan segala bentuk ujian akademik.

Ingin Jadi TNI

Atas sederet prestasinya tersebut, dirinya sempat menjadi seorang guru di Shanghai, Tiongkok. Disana, ia mengajar bahasa Inggris dan mendampingi siswa yang akan masuk ujian SAT.

Karena keinginannya untuk mempunyai teman yang banyak, ia berencana ingin masuk sebagai anggota TNI. Cita-cita ini terinspirasi dari banyaknya siswa Indonesia yang pernah belajar di Amerika Serikat yang memilih masuk militer ketika pulang ke Tanah Air.

Dalam benaknya, lingkungan militer yang mengusung prinsip egaliter atau 'semua sama rata' dinilai sebagai jalan yang mulus baginya untuk mendapatkan teman atau bahkan kekasih.

Sayangnya, rencana tersebut pupus seiring datangnya berbagai penolakan terhadap dirinya. Selain ingin mendapatkan teman, keinginan untuk berkarier di militer karena didasari oleh sikap patriotiknya dalam membela dan mencintai Indonesia.

Bahkan, meski nantinya diterima di kemiliteran, ia tidak ingin menjadi pasukan perang yang membunuh banyak musuh di medan laga. Hati kecilnya menyuruh agar ia bisa mengabdi sebagai tentara yang mengurus di bagian logistik, administrasi maupun perbekalan.

Dalam perjalanannya menggapai impian menjadi seorang tentara, dirinya mengakui ada banyak halangan dan penolakan yang harus dihadapinya.

Tak hanya itu, dirinya bahkan harus menerima kenyataan pahit, menjadi bulan-bulanan kebencian oleh orang di sekitarnya, bahkan ditinggalkan dan niat mulianya itu dianggap sebagai main-main.

Sikap diskriminatif tersebut sungguh dialami oleh Audrey semenjak kecil. Pada saat Orde Baru ditumbangkan oleh gerakan reformasi, dirinya yang merupakan keturunan Tionghoa, mengaku mengalami peristiwa yang cukup sulit kala itu.

Anggapan tidak nasionalis dan bukan pribumi asli, sering dialaminya. Walau ia mengaku bahwa dirinya merupakan sosok yang Pancasilais, tak ada yang mau menggubrisnya pada saat itu.

Gagal berdinas di TNI, ia merubah haluan menjadi seorang penulis, dan beberapa buku telah ia terbitkan.

Di antaranya, "Indonesia Tanah Airku" dan "Aku Cinta Indonesia". Salah satu yang menarik perhatian adalah bukunya yang berjudul 'Mencari Sila Kelima' atau tong bao dalam bahasa Tiongkok.

Dalam buku tersebut, dirinya menekankan bahwa pentingnya nilai-nilai Pancasila untuk diamalkan, bukan sekedar menjadi teori ideologi belaka. Masih dalam buku yang sama, dirinya seolah ingin membuka cakrawala pemikiran orang Indonesia pada lingkup yang lebih luas.

Indonesia yang disatukan oleh prinsip yang bernama Pancasila, harus menampakan esensi dari nilai-nilai ideologi itu sendiri.

Ditawari Masuk BNPT oleh JOKOWI

Tak salah jika dirinya kemudian terpilih sebagai salah satu dari 72 ikon berprestasi Indonesia oleh komite Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi-Pancasila (UKP-P), selaku penggagas acara Festival Prestasi Indonesia.

Meski sempat mengalami berbagai penolakan di Indonesia, hal tersebut tak membuat Audrey lantas membenci Indonesia. Berbekal kejeniusan dan semangatnya akan nilai luhur Pancasila, dirinya berusaha bangkit dan menepis segala tuduhan yang menyudutkan dirinya.

Bahkan, melalui karya tulisnya, dirinya mampu menjadi contoh nyata yang membuka mata hati orang Indonesia asli, tentang bagaimana menghayati Pancasila tanpa harus membenci latar belakang etnis tertentu.

Setelah menyelesaikan program S-3 di Paris dengan mengambil 2 jurusan langsung, yakni Fisika dan Bahasa, Audrey langsung diterima di Badan Antariksa Amerika ( NASA ) dengan gaji sekitar 200 juta puer bulannya.

Namun, saat bertemu dengan Presiden Jokowi saat KTT G20 di Osaka Jepang, Audrey ditawari pulang Indonesia untuk bergabung dengan BPPT.

Audrey sangat antusias dan tanpa berfikir panjang langsung terima tawaran tersebut berapa pun bayarannya. Audrey mengatakan: "Indonesia I Love You. Aku datang untuk mengabdi padamu."

Kini saatnya negara memberikan kesempatan bagi patriot sejati seperti Audrey untuk mengabdikan ilmu dan pengalamannya bagi tanah kelahirannya, Indonesia tercinta.

0 comments:

Post a Comment