Akibat Diteriaki Virus Corona, Mayat Diindramayu Tidak Ada Yang Berani Evakuasi

INIKECE - Akibat dari penyebaran virus corona tersebut banyak sekali menjadi orang ketakutan dan lebih memilih untuk menjaga diri dan jauhi orang-orang terlebih dahulu. Banyak orang sekarang lebih memilih dirumah saja.

Keajaiban Bumi Yang Belum Terpecahkan Hingga Sampai Sekarang, Menjadi Misteri Bumi

INIKECE - Bumi selalu memiliki keajaiban, hingga fenomena alam yang luar biasa, sampai ada suatu tempat dimana tidak dapat diteliti keajaiban bumi tersebut dikarena masih menjadi misteri teka-teki bagi para ilmuan.

Cerita Power Girl! Pesona Sang Gadis Jagoan

INIKECE - Suara gaduh dan teriakan terdengar dari ruangan penuh matras dengan tulisan Ruang Latihan Judo itu. Terlihat seorang gadis dengan rambut kuncir kuda sedang bergulat dengan lelaki yang memiliki ukuran tubuh sedikit lebih besar darinya.

Ramalan April Hari Ini Berdasarkan Zodiak, Simak Yuk!

INIKECE - Diakhir pekan ini, ramalan zodiak hari ini meminta Scorpio dan Aquarius untuk lebih peka terhadap pasangan jika tidak ingin hubungan menjadi buruk. Sementara itu, Virgo diharapkan lebih waspada karena berisiko terkan alergi. .

Romance Remaja! So I Love My Ex - Dia Bukan Lagi Si Cungkring, Part 2

INIKECE - Aluna menarik dan membuang napasnya. Ia memalingkan wajah saat melihat keberadaan Zello. Oke, Aluna memang tahu Zello kuliah di tempat yang sama dengannya, tetapi dia tidak pernah tahu bahwa Zelo ada di Fakultas Ekonomi.

Setelah 50 Tahun Baru Diketahui, Kejam! Bayi Disembunyikan Dalam Kulkas

Setelah 50 Tahun Baru Diketahui, Kejam! Bayi Disembunyikan Dalam Kulkas

INIKECE - Kejam dan sedih, tega dengan orang yang berani melakukan hal ini kepada bayi yang tak berdosa. Seorang pria asal Missouri, Amerika Serikat bernama Adam Smith menemukan bayi di lemari pendingin di rumah ibunya.

Pada Senin (29/7) pagi waktu setempat, jasad bayi iyu terbungkus di dalam sebuah kardus. Smith (37) kala itu langsung menelepon kepolisian dan melaporkan penemuan jasad bayi dalam kotak tersebut. Ia mengatakan kardus itu berwarna putih dan dibungkus dengan plastik sampah.

"Ukuran (kardus) sebesar kotak sepatu boot," ujar Smith.

Menurut dia, kardus itu cukup lama berada di dalam kulkas milik ibunya.

"Saya ingat ketika masih kecil, saya merasa penasaran. Saya ingat (waktu itu) mencoba mengambil kursi dan merobek plastiknya. Setelah itu saya tidak pernah menyentuhnya," ucap Smith.

Awalnya, Smith mengira kardus putih itu berisi hiasan kue pernikahan atau hanya suvenir yang disimpan ibunya.

"Saya masih yakin kotak itu berisi hiasan kue pernikahan. Itu yang saya pikirkan," ujar Smith.

Smith pun memutuskan membuka kardus tersebut dan plastik yang membungkusnya dengan pisau. Dia menemukan selimut bayi bewarna merah muda dengan kaki dan rambut terbungkus di dalamnya.

"Bayi itu terlihat bersih. Tidak ada darah, terlihat seperti bayi baru lahir," kata Smith.

"Dari yang saya bisa lihat, kulit dan semua utuh," ucap dia.

Setelah menemukan jasad bayi itu, Smith masih mencoba mengerti bagaimana sang ibu dapat menyembunyikan hal itu bertahun-tahun.


Sementara itu, kepolisian St. Louis mengaku sedang melakukan penyelidikan terkait penemuan jasad bayi yang dianggap sebagai "kematian mencurigakan."

Kepolisian juga masih menunggu autopsi dan meminta informasi lain dari warga.

Sementara pemeriksa medis St. Louis juga belum bisa memeberikan informasi lebih rinci. Smith menuturkan sang ibu telah membawa kardus tersebut ketika berpindah rumah empat kali, termasuk ke apartemen di Magnolia Avenue yang ditempati ibunya selama 25 tahun hingga ia tutup usia.

Smith juga sempat pindah ke sana untuk merawat ibunya yang menginap kanker paru-paru. Namun, sang ibu meninggal pada 21 Juli lalu.

Sekarang, Smith malah semakin bertanya-tanya tentang identitas bayi itu. 

"Siapa yang sebenarnya menyimpan anak mereka di dalam kotak dalm waktu selama ini dan tidak pernah membicarakannya sama sekali?" kata Smith.

"Saya benar-benar bingung. Ini gila," ucap dia.

Smith kemudian teringat pada peristiwa di masa lalu ketika masih berusia tujuh atau delapan tahun di mana kala itu sang ibu memerahainya.

"Yang dia (ibu) bilang kepada saya 'bayi pertama saya Jennifer mungkin sudah 21 tahun hari ini" kata Smith.

Smith meyakini jasad bayi dalam lemari pendingin itu adalah Jennifer. Dan jika itu memang benar, Smith berasumsi bayi itu telah meninggal sekitar 50 tahun lalu.

Sedikit Horror, Makam Wanita Di Dalam Villa Mewah

Sedikit Horror, Makam Wanita Di Dalam Villa Mewah

INIKECE - Sebuah Villa dengan bangunan cukup mewah terletak di provinsi Ben Tre di Vietnam ini mungkin terlihat biasa seperti Villa pada umumnya. Namun, saat masuk ke dalam anda akan melihat sebuah makam di dalam ruangan utama makam tersebut.

Makam ini bukan sebuah desain untuk menakut-nakuti, namun di dalamnya benar-benar ada jenazah yang dimakamkan.

Melansur Vietnam Net, sebenarnya menurut hukam Vietnam, menyatakan bahwa penguburan tidak bisa dilakukan di tanah suci seperti gereja, atau kuil, dan harus di pemakaman.

Akan tetapi makam ini adalah pengecualian karena dibaliknya ada kisah memilukan tentang orang yang dimakamkan di sana.

Kisahnya berawal pada 28 Januari 1960, ketika seorang wanita bernama Dang Thi Nhan melahirkan seorang anak perempuan bernama Tran Thi Kim Lien.

Lien tumbuh dalam keluarga yang miskin, namun pada usia 18 tahun dia jatuh cinta dengan pemilik kapal penangkap ikan, tiga tahun kemudian mereka bermigrasi ke Amerika Serikat.

Di sana dia memulai bisnis interior dan mulai mengubah nasibnya dan memungkinkan kehidupan yang nyaman.


Dia tak lupa mengirim uang ke keluarganya di rumahnya, kemudian tahun 2000 dia pulang ke Vietnam dan mengatakan pada ibunya untuk membangun sebuah Villa yang megah.

Hal itu untuk menggantikan gubuk tua yang mereka tinggali selama ini, setelah rumah itu selesai dibangun pada 2006, dan Tran Thi Kim Lien baru tinggal selama beberapa bulan.

Lien didiagonis mengidap kanker, dia mencari perawatan di rumah sakit lokal, namun kondisinya semakin memburuk.


Lalu memutuskan kembali ke AS untuk berobat, namun sayang dia tidak selamat dan meninggal.


Sebelum meninggal, dia membuat sebuah pesan, "aku tidak pernah bisa tinggal di rumah mewah, jadi jika aku mati tolong kuburkan aku di rumah ini," katanya pada ibunya.

Lien meninggal pada 10 Mei 2007, dan keluarganya memutuskan membawa jenazahnya ke Vietnam, sehingga dia bisa dikubur di Villa tersebut.

Hingga kini ibunya Dang Thi Nhan, selalu mengatakan pada pengunjung bahwa villa tersebut dibangun oleh putrinya.

Menurut Dang, putrinya ingin selalu dikelilingi oleh keluarganya bahkan setelah kematiannya, saat ini makam tersebut juga terus dirawat oleh keluarganya.

Menghebohkan, Anak SD Yang Berhasil Dengan Penemuan Telur Dinosaurus 11 Butir

Menghebohkan, Anak SD Yang Berhasil Dengan Penemuan Telur Dinosaurus 11 Butir

INIKECE - Penemuan benda burbakala masih sering terjadi. Namun, ada beberapa penemuan yang tak disang-sangka seperti yang terjadi di Tiongkok. Seorang anak SD tidak sengaja menemukan telur dinosaurus.

Telur yang berusia 65 juta tahun saat bermain di luar rumah. Bukan hanya satu atau dua, anak laki-laki asal Tiongkok ini menemukan 11 telur dinosaurus.

Telur-telur yang diperkirakan berusia 65 juta tahun itu memiliki ukuran yang cukup besar, yakni 9 cm.

Zhang Yangzhe bercerita ia menemukan telur dinosaurus itu saat bermain bersama ibinya di tepi timur Jembatan Dongjiang, Heyuan pada Selasa (23/7/2019).

Awalnya, ia menyangka bahwa ada kenari yang dibuang di tanah. Setelah dilihat lebih dekat, siswa SD kelas tiga ini mengatakan bentuknya seperti batu semen.

"Saya pikir itu adalah batu semen pada awalnya," kata dia.

"Kemudian saya meminta ibu saya untuk melihatnya dan berpikir bahwa cangkanya seperti telur dinosaurus," paparnya.


Penemuan telur dinosaurus ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan bagi Zhang Yangzhe. Sebab, siswa Sekolah Dasar Baoyuan di Heyuan ini sangat suka tentang dinosaurus.

Ibu bocah itu, Li Xiaofang, mengatakan bahwa putranya suka membawa buku tentang dinosaurus. Sekolahnya juga memberikan pelajaran tentang dinosaurus.

Sebab, Kota Heyuan dikenal sebagai kota asal dinosaurus di Tiongkok. Sudah lebih dari 10 ribu fosil telur dinosaurus yang ditemukan di kota tersebut. Hingga Heyuan masuk dalam Guinness Book of World Records.


"Saya telah mempelajari pengetahuan ini di buku-buku dan di koridor budaya sekolah."

"Saya juga telah melihatnya di museum. Telur setiap jenis dinosaurus memiliki bentuk yang berbeda," terangnya.


Setelah menyadari itu adalah telur dinosaurus, ibu Zhang langsung memanggil polisi. Polisi lantas bergegas ke tempat kejadian bersama dengan staf dari Museum dinosaurus Heyuan.

Para hali telah memastikan batu bulat itu adalah fosil telur dinosaurus.

Huang dong, kurator Museum dinosaurus Heyuan, mengkonfirmasi kepada Beijing News bahwa fosil-fosil itu berasal dari periode Cretaceous akhir.

Sebelas telur dinosaurus yang ditemukan Zhang itu kemudian dibawa ke Museum Dinosaurus Heyuan untuk diteliti lebih lanjut.


Penemuan Fosil Sekumpulan Ikan Berenang Bersama Berusia 50 Juta Tahun di Amerika

Gambar yang kalian lihat diatas bukan lukisan atau gambar bahkan editan foto. Foto ini merupakan penemuan yang sangat langka.

Ini adalah fosil pra-sejarah, Gambar di atas adalah fosil sekumpulan ikan yang sedang berenang bersama. Namun, mereka berenang bersama sekitar 50 juta tahun yang lalu.

Fosil Ikan Berusia 50 Juta Tahun

Para arkeolog menemukan sebuah fosil yang unik. Jika menemukan seekor fosil sudah biasa, kali ini arkeolog menemukan sekumpulan ikan yang sedang berenang bersama.

Dalam bahasa Inggris, istilah kelompok ikan yang berenang bersama disebut dengan scholl of fish. Pada temuan kali ini, arkelog berhasil menemukan sebanyak 259 ekor ikan Erismatopterus levatus.

Ikan Eripmatopterus levatus ini adalah spesies ikan yang sudah punah, Sekelompok ikan yang sedang berenang bersama ini ditemukan di sebuah lempengan batu kapur dari Fromasi Green River di Amerika Utara.

Bagaimana Bisa Sekumpulan Ikan Menjadi Fosil Di Satu Tempat?

Arkeolog masih mempelajari penyebab ikan-ikan tersebut bisa mati dan menjadi fosil dalam keadaan sedang berenang bersama.

Peneliti dari Arizona State Universitu dan Mizuta Memorial Museum di Jepang memperkirakan kalau mungkin saja gundukan pasir di air yang dangkal runtuh dan menimpa ikan-ikan tersebut.

Kemungkinan, ikan ini hidup di wilayah pengunungan Green River pada masa Eocene. Masa Eocene sendiri berlangsung sekitar 56 sampai 34 juta tahun yang lalu.

Oiya, spesies ikan Eripmatipterus levatus dewasa seharusnya berukuran sekitar 6,5 sentimeter. Melihat dari ukurannya, kemungkinan fosil ikan-ikan ini adalah ikan yang masih bayi. Karena rata-rata ukurang mereka hanya 2 sentimeter saja.

Ikan Berenang Dengan Berkelompok Sejak Lama

Penemuan ini adalah penemuan penting, karena setiap penemuan fosil membuat manusia mempelajari kehidupan di Bumi di masa lalu.

Kali ini, arkeolog berhasil menunjukkan kalau ikan sudah memiliki perilaku berenang bersama-sama dalam kelompok sejak jutaan tahun lalu. 

Para ilmuwan bahkan mengukur setiap ikan dan posisinya untuk membuat 1.000 simulasi atau percobaan pergerakan mereka.

Berdasarkan penelitian itu, ditemukan kalau ikan memang benar-benar sudah berenang dalam kelompok setidaknya selama 50 juta tahun.

Laras dan Cintanya Yang Kandas, Friend Zone

Laras dan Cintanya Yang Kandas, Friend Zone

INIKECE - Laras memandang ke luar jendela rumahnya. Diluar hujan, Laras suka suasana ketika hujan. Udara jadi dingin, cocok sekali untuk melamun seperti yang ia lakukan sekarang.

"Jangan melamun," Raka menepuk bahu Laras pelan. "Kamu galau gara-gara putus sama Rio, ya?"

Laras menggeleng. "Nggak, kok. Justru aku yang kasihan sama dia. Nggak salah apa-apa aku putusin hehe.."

"Jahat," desis Raka.

"Bukannya kamu yang ngajarin? Kalau jatuh cinta itu pakai otak, jangan pakai hati, biar tetap waras. Nggak gila!"

Raka tertawa kecil.

Tiga tahun lalu, ketika Laras berusia empat belas tahun, ia merasakan patah hati pertamanya. Laras harus rela mengakhiri hubungannya dengan Denis, cinta pertamanya. Alasannya sepele, mereka masuk ke SMA yang berbeda, kemudian Denis jatuh cinta dengan perempuan lain.

Sebegitu kecewanya Laras sehingga ia tak mau makan, tak bisa tidur, dan hampir setiap hari meratapi kepergian Denis. Untung saat itu ia bertemu Raka. Teman sebangkunya yang humoris dan ambisius itu hanya tertawa ketika Laras menceritakan kisah cintanya yang kandas dengan Denis. "Makanya kalau jatuh cinta itu pakai otak, jangan pakai hati biar kamu tetap waras. Nggak gila!"

Kalimat yang diucapkan Raka selalu terngiang di telinga Laras setiap kali ia jatuh cinta lagi. Sejak itu ia tak pernah benar-benar mencintai seseorang. Ia mulai berlagak playgirl. Dengan kulit kuning langsar, hidung mancung, dan rambut hitam ikalnya, Laras bisa dengan mudah mendapatkan laki-laki yang ia sukai.


Tapi tak satu pun yang benar-benar disukainya. Biasanya Laras akan mengencaninya selama dua minggu, lalu meninggalkan laki-laki malang itu tanpa alasa. Kalau sudah begitu Raka harus selalu siap mendengar cerita Laras tentang betapa merananya cowok-cowok itu berhasil dibuatnya.

"Aku bosan," kata Laras.

"Bosan karena?" Raka pura-pura tak mengerti arah pembicaraan Laras. Padahal ia tahu persis apa yang akan dikatakan sahabatnya itu.

"Bosan bermain-main hehe. Aku ingin benar-benar jatuh cinta lagi." Laras tersenyum, kemudian mendekati Raka. "Raka, kamu pernah jatuh cinta?"

"Tidak," jawab Raka singkat.

"Sekali pun?" Laras menatap Raka lekat-lekat. Raka menghela napas.

"Kan aku sudah bilang, nggak penting. Nggak ada gunanya, mending ikut lomba sana-sini, memang, dapet duit, dapet sertifikat, dapet pengalaman pula!"

Laras mendorong bahu Raka pelan, bibirnya cemberut. Matanya menatap laptop Raka. Membuat karya tulis ilmiah, itulah yang daritadi Raka geluti. Laras tahu benar Raka adalah tipe orang yang ambisius. Prestasinya banyak, akademiknya juara.

Apapun yang ia inginkan harus tercapai, bagaimana pun caranya. Wajar saja kalau selama ini ia tak pernah dengan Raka menyukai seseorang.

"Kadang aku ingin jadi seperti kamu, Raka," gumam Laras. Tetapi dua detik kemudian ia mendengus, "Ah, tapi hidupmu nggak seru!"

***

"Kamu pernah jatuh cinta?"

Suara Laras terus berputar di kepala Raka. Pernah. Tentu saja Raka bohong kalau bilang ia tak pernah jatuh cinta. Diambilnya bingkai foto di meja belajarnya. Senyu, perempuan itu manis sekali. Senyum yang begitu Raka sukai, hingga Raka mau melakukan apa saja asal perempuan itu dapat tersenyum. Senyum milik perempuan yang tak pernah tahu ia begitu dicintai oleh Raka.

***

"Denis Wira," desis Laras.

Ibu jarinya dengan terampil mengusap layar ponselnya. Dibukanya profil media sosial Denis, dengan rindu Laras mengamati satu persatu foto Denis. Ahh, kangen sekali rasanya, bisiknya dalam hati. Laras terus memainkan ibu jarinya sampai ia sadar akan satu hal. Denis menghapus semua fotonya bersama perempuan yang Laras yakini adalah pacarnya.

Laras tersenyum tipis. Ada secercah harapan di hatinya. Meski begitu ia terlalu gengsi untuk menyapa Denis di media sosial lebih dulu. Ia masih ingat betul ketika Denis mencampakkannya tanpa memikirkan perasaannya. Gengsi dong kalau aku sapa dia duluan, kayak nggak laku aja, begitu pikir Laras.

Disentuhnya lingkaran merah milik Denis yang begitu menggoda untuk dilihat isinya. Dari sana ia tahu, Denis akan menghadiri konser penyanyi favoritnya. Senyumnya main mengembang.

***

Pukul empat sore keesokan harinya Laras berdiri dengan senyum lebar di depan rumah Raka. Raka menatapnya heran sambil berusaha membuka gembok pagarnya.

"Ada apa? Masuk, gih," Raka mempersilakan.

"Tahu, tidak?" Senyum Laras semakin lebar, "Denis baru putus sama pacarnya!"

"Lalu?"

"Hari Sabtu besok kamu temani aku nonton konser, ya! Denis bakal ada disana. Aku sudah belikan kamu tiket, kok" Laras menyerahkan satu tiketnya pada Raka.

Raka tertegun. "Kamu tahu penyanyi ini?"

Larang menggeleng, "Tidak. Aku cuma ingin ketemu Denis."

'Terus kalau kamu ketemu Denis, apa yang mau kamu lakukan? Iya kalau ketemu, kalau tidak?"

"Aku mau lihat reaksinya kalau kami bertemu lago," jawab Laras. "Kalau bagus, mungkin aku dan dia bisa mulai dari awal lagi. Aku sudah lebih cantik dari tiga tahun lalu, mungkin, mungkin saja ia masih punya rasa."

"Kan aku sudang bilang kalau jatuh cinta pakai otak, jangan pakai ha.."

"Sstt!" Laras menempelakn jari telunjuknya ke bibir Raka. "Aku tahu, aku memang nggak waras. Aku menggilainya, Raka. Aku masih mau mencoba, sekali ini saja. Kamu mau, ya temani aku ke sana? Please?'

Raka menatap mata sayu Laras, kemudian mengangguk pasrah.

"Nggak waras!" umpat Raka dalam hati. Namun umpatan itu bukan untuk Laras. Ia mengumpat dirinya sendiri. "Bagaimana bisa kamu mencintai orang yang hatinya hanya hidup untuk cinta pertamanya dan telah lama mati untuk yang lain?"


***

Penulis :
Asalina Putri Agung Shaliha lahir di Bontang dan saat ini tinggal di Surabaya.

Kita Patah, Friend Zone

Kita Patah, Friend Zone

INIKECE - Hujan di luar memang belum reda, tetapi badainya justru bermuara di matamu. Patah hati memang rumit, tetapi tidak ada yang bisa kuperbaiki selain mengupayakan diriku selalu disini, mendampingimu melewatinya.

Semoga ini mengajarimu bahwa tidak selamanya hal yang kita cintai ditakdirkan untuk kita miliki. Seperti dia untukmu, dan tentu saja kamu-untukku. Tidak banyak yang bisa kita pilih dalam hidup ini.

"Sakit banget Ga, rasanya kayak setiap gue berusaha membangun dinding percaya itu, dia akan selalu datang untuk ngancurin lagi. Dinding itu nggak pernah cukup tinggi, Ga."

"Mungkin dia belum siap ngejalanin hubungan serius sama lo."

Karena apalagi?

Maraya hanya tersenyum, menyetujui tetapi enggan mengakui, memandang keluar jendela dengan mata memerah yang hampa. Membiarkan hujan di luar bercerita, tentang setiap patah hati dari atap-atap yang menjadi saksi kehilangan. ( Dengan hal tersebut walau sedih akan kehilangan "BONUS BESAR-BESARAN TELAH HADIR UNTUK KALIAN" )

Atap cafe ini juga akan segera mengirimkan berita kepada awan, membuatnya semakin berduka dan hujan di luar semakin lebat. Ia membuatku bertanya-tanya, mengapa takdir tidak menginzinkanmu mencintaiku? Aku justru akan membantumu membangun dinding itu. Kita bersama.

"Kenapa ya Ga setiap pilihan yang kita hadapi selalu pernuh spekulasi, tanpa clue apa pun? Mana gue taku kalau apa yang gue cintai dan pada akhirnya gue pilih, ternyata juga sebuah keputusan yang pada akhirnya bikin gue sakit hati."

"Kalau lo tahu pada akhirnya akan sakit hati, apa lo akan mengambil keputusan lain Ya? Apa lo bisa milih mau jatuh cinta sama siapa?" Kalau bisa memilih, aku mungkin tidak di sini, tetapi cinta itu kan bukan kesepakatan, Maraya. Kalau kamu tidak mampu mencintaiku, aku tidak marah lantas serta-merta memutuskan untuk tidak cinta juga.

Maraya tersenyum, "Cewek yang lo taksir itu gimana, Ga?"

Kamu selalu bertanya tentang kisah cintaku, selalu penasaran tentang gadis yang membuat aku tetap sendiri sampai hari ini, andai kamu tahu kalau itu kamu supaya aku tidak banyak mengarang cerita dan kamu tidak banyak menanggung sakit hati.

"Baik-baik aja, Ya." Aku menjawab datar.

"Kenapa sih lo nggak pernah mau cerita sama gue?"

Karena itu kamu! Apa yang harus aku ceritakan kalau gadis itu sedang duduk di hadapanku, baru selesai menangisi kisah cintanya dengan laki-laki lain? "Nggak apa-apa, emang nggak penting aja. Lagian lo kan lagi sedih masa gue yang cerita sih?"

Kamu hanya tersenyum datar, kemudian mengalihkan tatapannya lagi ke luar jendela melihat hujan bermain-main di kaca.

***

Maraya

"Cewek yang lo taksir itu gimana, Ga?" Aku bertanya asal, walaupun rasa ingin tahu membakar dadaku.

"Baik-baik aja, Ya." Kamu menjawab, nampak tidak terlalu tertarik, mungkin bagimu terlalu pribadi. Mungkin bagimu aku terlalu sok tahu dan memang tidak perlu tahu.

"Kenapa si lo nggak pernah mau cerita sama gue?" Aku berusaha mendesak lagi.

"Nggak apa-apa, emang nggak penting aja. Lagian lo kan lagi sedih masa gue yang cerita sih." Kamu menjawab seadanya, tetap urung untuk bicara.

Aku mengalihkan tatapan ke luar jendela. Mungkin sedihku tidak akan berlarut kalau aku menjalaninya denganmu. Laki-laki yang banyak mengajarkan aku tentang makna dan bertahan. Laki-laki yang tatapannya selalu teduh, senyumnya selalu hangat, janjinya sellau ditepati, dan selalu ada kapanpun aku butuh. Walau sebenarnya aku membutuhkanmu-selalu.

Aku menatapmu lagi. "Beruntung banget pasti cewek itu. Kenapa nggak lo ungkapin, Ga?" Ternyata bertanya juga bisa membuat hati terasa nyeri.

"Terkadang hal-hal yang kita cintai itu nggak tercipta untuk kita, Ya."

"Menurut lo dia nggak tercipta untuk lo?"

Kamu menggeleng. Dalam benak aku bertanya-tanya siapa perempuan yang tidak jatuh hati pada kamu, yang segenap tulusnya selalu membuat nyaman. Tetapi kamu benar, tidak semua hal yang kita cintai tercipta untuk kita. Kamu contohnya.

"Gue boleh nanya, Ya?"

"Apa?"

"Kenapa lo masih bertahan dalam situasi ini? Hubugan ini? Bukannya dia udah nyakitin lo berkali-kali?"

Aku menatap matamu berlama-lama, "Bukannya lo Ga yang selalu ngasih gue nasihat untuk bertahan? Yang menguatkan gue setiap kali patah hati? Yang selalu bilang semuanya akan baik-baik saja? Yang membuat gue akhirnya mencoba lagi? Yang membuat gue..."

"Tersakiti lagi?" Kamu nampak bingung, menimbang-nimbang perkataanku. Dahimu berkerut, memikirkan sesuatu sambil menerawang jauh entah kemana. Sesuatu pasti sedang membuat sarang di kepalamu, memaksamu berpikir keras. Aku bertopang dagu menikmati pemandangan ini, memperhatikanmu.

"Tapi lo bahagia?" Kamu tiba-tiba bertanya, dengan sebelah alismu naik, penasaran.

Gantian aku yang bingung, berpikir benar-benar. "Eh? Gue nggak pernah mikir sejauh itu karena selama itu gue jalanin aja. Lo tau persis hubungan gue, Ga."

"Lo percaya sama dia, Ya? Sama hubungan kalian?"

"Nggak, gue percaya sama lo, Ga." Aku terdiam. Kamu terdiam. Kita terdiam. Saling tatap dalam ruang waktu yang tiba-tiba terasa lengang.

"Maksudnya gimana, Ya?"

"Iya gue percaya sama lo. Setiap kali lo bilang nggak apa-apa jadi gue pikir hubungan gue sama dia baik baik saja. Setiap kali lo bilang mungkin dia butuh waktu gue pikir gue cuma harus kasih dia waktu. Setipa kali lo bilang ini proses gue pikir gue cuma harus jalanin aja."

Kamu menatapku semakin jauh. "Mungkin nggak sih sebenarnya yang selama ini lo percaya itu bukan hubungan lo Ya tapi..."

"Lo, Ga!" aku memotong.

Matamu tiba-tiba berubah jenaka, kulihat sudut bibirmu tersenyum. Kamu menelan ludah, berusaha menyembunyikan ekspresi itu dari aku. Tetapi aku tidak bisa menahan senyumku, Ia mengembang dengan sendirinya. 

Maaf karena aku jadi tertawa. Karena aku pikir lucu, betapa percayanya aku padamu sehingga keputusanku diambil berdasarkan sudut pandangmu yang subjektif. Bahkan walaupun itu adalah hubunganku dengan orang lain.


***
Arga

Aku senang melihatmu tertawa, apalagi jika itu karena aku, walaupun tidak jelas sebabnya. Tertawalah terus, sampai kamu lupa kapan terakhir kali kamu menangis. Jangan sedih lagi, sehingga awan punya kisah batu yang bisa ia titipkan pada hujan sore esok.

"Ternyata gue yang bikin lo sedih terus ya, Ya?" Aku merasa bersalah setelah menelaah akar permasalahn hubungannya yang rumit dan tidak pernah selesai.

Kamu tertawa lagi. "Karena lo selalu terlihat menyakinkan, persis pejabat yang janji nggak korupsi kalau terpilih."

"Gue bermaksud menenangkan lo, supaya lo nggak sedih, supaya hubungan itu nggak perlu jadi beban di hidup lo. Gue pikir itu yang lo butuh." Aku berusaha berterus terang.

"Jadi sebenernya gue harus apa. Ga?'

"Ikutin hati lo Ya. Lo mau kemana, bertahan atau pergi. Kalua itu bikin lo happy jalanin, kalau itu bikin lo sedih tinggalin. Ada hal-hal yang memang sia-sia diperjuangkan, ada hal-hal yang memang mengajarkan lo untuk berjuang. Lo yang tahu, lo yang harus memutuskan."

Wajahmu nampak lebih lega, tersenyum lagi. "Lo bener Ga, nanti gue pertimbangin lagi." Kemudian kamu mengalihkan tatapan itu lagi, kali ini pada cokelat hangat yang kau aduk-aduk di dalam cangkir porselen.

Aku balas tersenyum. Apa pun yang akan menjadi keputusanmu, aku akan menghargainya, Maraya. Karena aku tidak disini dengan ambisi memilikimu, aku disini karena aku ingin memastikan kamu baik-baik saja dan bagiku itu cukup. Aku senang menjadi sebagian cerita yang harus kamu jalani, terlihat, menyaksikan- aku menikmatinya.

Hal terpenting bagiku malam ini, yang membuatku lebih nyenyak tertidur nanti, adalah kamu mempercayai aku. Percaya sepenuhnya. Sesuatu yang tidak bisa kita berikan kepada sembarang orang. Semoga kamu juga percaya, kelak jika kisah ini terpaksa membuat kita patah, aku akan tetap baik-baik saja dan tetap selalu ada.

Desva Herzani, Was Born on 18 December 1998 to bleed on paper, because writing is my deepest health.

Terkena Kasus Penipuan, Wanita Yang Telah Berhasil Adopsi 118 Anak

Terkena Kasus Penipuan, Wanita Yang Telah Berhasil Adopsi 118 Anak

INIKECE - Berhasil mengadopsi 118 anak, wanita asal China (54), yang pernah dipuji karena mengadopsi 118 anak dan dibesarkan olehnya selama bertahun-tahun harus mengalami kisah pahit yang harus diterimanya.

Wanita ini telah dihukum 20 tahun penjara karena kasus penipuan. Li Yanxia dinyatakan bersalah di Pengadilan Wu'an di provinsi Hebei karena melakukan pemerasan, penipuan, pemalsuan dan mengganggu ketertiban sosial.

Yanxia, mantan pemilik panti asuhan, yang pernah dijuluki "Love Mother", juga didenda 2,67 juta yuan (Rp 5,4 miliar). Lima belas kaki tangan, termasuk pacarnya, juga dihukum.

Pengadilan menemukan bahwa Li Yanxia yang juga dikenal sebagai Li Lijuan telah menyelahgunakan panti asuham.

"(Dia) melakukan penipuan bersama kelompoknya untuk mendapatkan manfaat ekonomi yang luas," demikian pernyataan Pengadilan Rakyat Kota Wu'an di situs blog mikro Weibo mengutip BBC News, Kamis (25/7).


Pacarnya, Xu Qi, dituduh mengganggu ketertiban sosial, pemerasan, penipuan. Dia mendapat hukuman 12,5 tahun penjara dan denda 1,2 juta yuan (Rp 2,4 miliar).

Sedangkan 14 kaki tangan lainnya menerima hukuman penjara hingga empat tahun.

* Membuka Desa

Li pertama kali menjadi terkenal pada 2006 setelah media mengetahui fakta bahwa ia telah mengadopsi lusinan anak di kampung halamannya di Wu'an, sebuah kota kecil di provinsi Hebei.

Dia mengatakan kepada media bahwa dia pernah menikah tetapi telah bercerai. Mantan suaminya telah menjual putra mereka ke pedagang gelap seharga 7.000 yuan (Rp 14 juta), katanya.

Dia berkata bahwa dia berhasil mendapatkan putranya kembali, dan saat itulah dia memutuskan untuk mengadopsi anak.

Selama bertahun-tahun ia mendapatkan kekayaan yang signifikan, menjadi salah satu wanita terkaya di Hebei, dan pada tahun 1996, dia membeli sebuah perusahaan pertambangan besi.


"Saya sering melihat seorang gadis berusia lima atau enam tahun berlarian di sekitar tambang. Ayahnya meninggal.. ibunya melarikan diri.. jadi saya membawa gadis itu ke rumah saya. Dia adalah anak pertama yang saya adopsi" katanya kepada surat kabar Hebei, Yanzhao Metropolis Daily pada saat itu.


Dia melanjutkan untuk mengadopsi lusinan anak-anak lain dan akhirnya membuka panti asuhan, yang dia beri nama "Desa Cinta". Dia sering ditulis di media, termasuk beberapa laporan bahwa dia telah berjuang melawan kanker dan menghabiskan seluruh kekayaannya.

Jumlah anak di bawah asuhannya mencapai puncaknya pada 2017 dengan 118 anak. Pada tahun itulah pemerintah informasi dari anggota masyarakat yang memberi tahu ada kegiatan yang mencurigakan.

Pada Mei 2018, polisi menemukan bahwa ia memiliki lebih dari 20 juta yuan ( Rp 40 miliar) dan USD 20.000 (Rp 279 juta) di rekening banknya, dan memiliki kendaraan mewah seperti Land Rovers dan Mercedes Benz.

Mereka menemukan dia telah melakukan kegiatan ilegal sejak 2011. Dia juga memanipulasi beberapa anak angkatnya untuk menghalangi pekerjaan di lokasi konstruksi. Salah satu contoh membuat mereka berjalan di bawah truk sehingga konstruksi tidak dapat dilanjutkan. Li Kemudian memeras perusaahn kontruksi ini.

Wanita berusia 54 tahun itu juga ditemukan mendapatkan uang dengan dalih membangun "Desa Cinta".

Li ditempatkan di bawah penahanan kriminal pada bulan Mei. Ada 74 anak yang tersisa di desa ketika dia ditahan. Mereka dipindahkan ke berbagai fasilitas pemerintah dan sekolah lainnya.

Banyak orang di media sosial di China mengutuk tindakannya, menyebutnya serigala berbula domba.

"Menjijikan, paman saya benar-benar menyumbang kepada (pantai asuhan) sebelumnya," kata seseorang di Weibo.

"Saya pernah memanggilnya Love Mother," kata pengguna lain. "Aku ingin mengambilnya kembali... tidak ada cinta sama sekali padanya. Dia tidak layak untuk nama itu."

Dikenal Sebagai Pusat Tata Surya, Apa Saja Fungsi Dari Tata Surnya Yang Satu Ini?

Dikenal Sebagai Pusat Tata Surya, Apa Saja Fungsi Dari Tata Surnya Yang Satu Ini?

INIKECE - Ruang angksa, penuh dengan hal misterius dan ada beberapa yang belum terpecahkan sampai sekarang ini. Tetapi, apa bila berbicara dan mempelajari segala macam hal tentang ruang angkasa.

Tata surya kita adalah salah satu dari sekian banyaknya tata surya di galaksi Bimasakti. Setiap tata surya pasti memiliki bintang yang berperan sebagai pusat tata surya. Nah, pusat tata surya kita adalah Matahari.

Matahari adalah bintang yang punya massa dan gravitasi terbesar dibandingkan bintang-bintang lainnya.

Karena itulah Matahari bisa membuat planet-planet dan benda langit lainnya bergerak mengitari orbitnya.

Cari tahu fungsi Matahari sebagai pusat tata surya kita yuk!


* Fungsi Matahari Sebagai Pusat Tata Surya

Matahari merupakan Bintang yang tentunya memiliki cahaya sendiri. Karena itulah, Matahari berperan sangat besar bagi kelangsungan tata surya kita.

Seperti, panas yang dihasilkan dari matahari menghadirkan suhu yang ideal bagi planet-planet yang ada di tata surya kita.

Selain itu, cahaya matahari juga membantu kelangsungan semua makhluk hidup yang ada di Bumi. Contohnya, tanaman membutuhkan cahaya Matahari untuk melakukan fotosintesis.

Matahari juga berperan sebagai pemersatu planet-planet yang ada di tata surya. Karena adanya Matahari, planet-planet bisa mengitari orbitnya dengan baik.

Iklim dan cuaca yang kita miliki di Bumi juga dipengaruhi oleh Matahari, Karena cahaya Matahari juga bisa mendapatkan pencahayaan yang cukup dan bisa membedakan antara siang dan malam.

* Fakta Menarik Matahari

JIka semua hidrogen yang ada di Matahari telah habis terbakar, maka matahari membutuhkan 130 juta tahun lagi untuk membakar helium.

Dengan adanya pembakaran dan pancaran sinar yang begitu kuat, suhu matahari dapat mencapai sekitar 15 juta derajat celcius.

Matahari dapat meledak seperti bom raksasa. Tapi tidak perlu khawatir, karena Matahari tidak akan meledak tanpa sebab.

Ledakan akan terjadi apabila daya gravitasi yang dimilikinya hilang. Gravitasi matahari itu sendiri, kira-kira 28 kali lebih besar dibandingkan dengan gravitasi yang ada di Bumi.

Pada saat mengorbit inti galaksi, 1 hari di Matahari sama saja dengan 25 hingga 38 hari di Bumi. Ketika mengorbit, Matahari bergerak dengan kecepatan 220 kilometer per detik.

Baru Berusia 3 Tahun, Nasib Malang Teridap Kanker Tulang Bengkok Ke Belakang

Baru Berusia 3 Tahun, Nasib Malang Teridap Kanker Tulang Bengkok Ke Belakang

INIKECE - Berasal dari Tasmania, Australia, Maxi Richards, anak 3 tahun yang didiagnosis dengan kanker tulang langka. Ia tiba-tiba kehilangan kemampuan untuk menanggung berat apapun di kakinya saat usia 15 bulan.

Kanker tulang langka ini disebut dengan osteosarcoma, dan Maxi pertama kali didiagnosis pada 2016 lalu.

Diagnosis ini membuat orangtuanya, Julie Ford dan Greg Richards berjuang keras. Mereka mencari pengobatan hingga harus terbang ke Melbourne, Australia.

Bayi kecil itu membutuhkan 23 kali kemoterapi dan mesti dirawat di rumah sakit selama 9 bulan. Maxi menjalani operasi radikal yang dikenal sebagai operasi rotasi untuk mengangkat kanker di lututnya.

Tungkai bawahnya melekat pada pahanya tetapi menghadap ke belakang. Pergelangan kaki dan kakinya akan bekerja sebagai pengganti sendi lututnya sehingga Maxi dapat bergerak ketika dia tumbuh dewasa.

Setelah tujuh bulan operasi, Maxi memulai langkah pertamanya dengan kaki palsu. Ia pun dinyatakan bebas kanker sehari setelahnya.


Osteosarkoma adalah jenis kanker tulang yang paling umum. Biasanya didiagnosis pada remaja dan dewasa muda.

Kanker ini berkembang ketika sel-sel yang tumbuh untuk tulang baru membentuk tumor kanker. Penyebab kanker tidak diketahui tetapi diduga terkait dengan pertumbuhan tulang yang cepat, seperti yang umum terjadi saat masa remaja.

Sebagian besar tumor biasanya berkembang di sekitar lutut, baik di bagian bawah tulang pada ataupun bagian atas tulang kering.

Jika kanker tulang ini belum menyebar, tingkat kelangsungan hidup jangka panjang adalah antara 70% dan 75%.

Namun jika penyakit ini telah menyebar, seperti ke paru-paru atau tulang lainnya saat diagnosis, tingkat kelangsungan hidup jangka panjang hanya sekitar 30%.

Setiap tahun, sekitar 850 kasus baru osteosarkoma didiagnosis di AS, 30 di Inggris dan 400 di Australia.

Mengetahui Sifat Istri Dari Kepribadian Zodiak

Mengetahui Sifat Istri Dari Kepribadian Zodiak

INIKECE - Setiap orang memiliki zodiak dan sifat masing-masing. Zodiak sendiri dapat mengungkapkan banyak hal tentang kepribadian seseorang. Termasuk bagimana sikap dan sifat kamu saat menjadi seorang istri.

Saat menjadi seorang istri, tentu satu perempuan dengan yang lainnya memiliki perbedaan, mulai dari mengurus rumah, merawat anak-anak dan suami hingga mengatur keuangan.

1. Aries

Kamu akan menjadi istri yang suka bersenang-senang, suka berpetualang, dan peduli. Aries juga suka menjelajahi berbagai hal dan ada kemungkinan besar bahwa kamu akan selalu membuat rencana untuk bepergian ke tempat baru bersama pasanganmu.

2. Taurus

Perempuan yang memiliki zodiak ini dikenal setia dan jujur. Kamu akan menjadi pasangan yang sangat mendukung dan berupaya agar pernikahanmu berhasil. Meski begitu, kamu bisa keras kepala tetapi berusaha memberikan preferensi untuk memiliki rumah dan keluarga yang stabil.

3. Gemini

Kamu akan menjadi istri yang penuh kasih sayang dan penuh gairah. Perempuan Gemini cenderung stres karena hal-hal kecil tetapi mereka tidak keberatan bekerja keras untuk membuat pasangan mereka merasa istimewa.

4. Cancer

Perempuan Cancer dikenal terlalu menganggap masalah-masalah cinta dan hati dengan serius dan karenanya, secara alami kamu sangat emosional. Sebagai seorang istri, kamu akan menghormati pasanganmu dan institusi pernikahan. Kamu tidak menentang gagasan memiliki anak dan mengambil tanggung jawab untuk megelola seluruh rumah.


Perempuan Leo termasuk dalam tanda matahari yang kuat, mandiri dan energik. Kamu cerdas dan suka dihujani pujian. Kamu akan menjadi seorang istri yang sangat mendukung pasangan tetapi pada saat yang sama, kamu tidak akan sungkan untuk berbicara mengenai pendapat pribadimu.

6. Virgo

Sebagai seorang perfeksionis, kamu biasanya mengharapkan pasangan untuk selalu menjaga berbagai hal tetap terorganisir dan terencana. Perempuan Virgo adalah istri yang dapat diandalkan dan peduli. Kamu juga optimis dan memiliki selera humor yang baik.

7. Libra

Orang-orang dari zodiak ini menyukai gagasan romansa masa lalu dan mencari tingkat komitmen yang tinggi dalam suatau hubungan. Kamu akan menjadi pasangan yang pengertian dan juga menghabiskan waktu bersama teman dan anggota keluarga. 
Kamu dapat sedikit ragu di waktu tertentu dan mungkin bergantung pada pasangan untuk membuat keputusanmu.

8. Scorpio

Dua kata yang menggambarkan perempuan Scorpio, yaitu sensual dan penuh gairah. Kamu suka bereksperimen dengan hal-hal baru di kamar dan percaya jika masalah pasti memiliki solusi daripada hanya merapikannya. Kamu jujur dan kesetiannmu tidak mengenal batas setelah kamu mulai mempercayai pasanganmu.

9. Sagitarius

Perempuan sagitarius berjiwa bebas dan berpikiran terbuka. Kamu adalah istri yang setia dan tidak bisa bahagia dengan seseorang yang mencoba mengubah dirimu. Kamu juga suka bepergian dan mungkin tidak keberatan melakukan perjalanan solo jika suamimu tidak dapat meluangkan waktunya. Kamu juga sangat ramah dengan suamimu dan memiliki selera humor yang baik.

10. Capricorn

Perempuan yang memiliki sikap mandiri, tergerak, dan pandai melakukan banyak tugas. Kamu akan menjadi pasangan yang tenang dan sabar. Kamu juga idealis sebagai istri dan mencoba cara tak biasa dalam hal-hal romansa, seperti menulis surat cinta alih-alih mengirim pesan teks.

11. Aquarius

Kamu adalah seseorang kreatif dan riang. Sebagai seorang istri, kamu percaya kamu harus memberikan ruang pribadi kepada pasangamu dan mencari cara untuk meningkatkan kehidupan cinta kalian berdua. Kamu benar-benar tertarik untuk memahami kekasihmu dengan lebih baik. Tetapi kamu juga impulsif.


12. Pisces

Kamu benar-benar perempuan yang romantis dan memiliki imajinasi yang hebat. Kamu akan sangat setia dan dapat dipercaya sebagai istri. Tapi kamu bisa menjadi introvert, dan begitu kamu merasa nyaman, kamu adalah orang yang menyenangkan di sekitar orang lain. Biasanya perempuan Pisces sering terlihat murung, dan cuma kamu yang tahu bagaimana cara membereskannya.

Fernando Dan Musim Panas, Friend Zone

Fernando Dan Musim Panas, Friend Zone

INIKECE - Udara di musim panas membakar kulit. Aku hanya termenung saat melihat orang-orang setengah telanjang bertebaran di trotoar. Matahari yang terbit tak pernah disia-siakan di musim panas seperti ini.

Orang-orang sibuk merencakanan piknik di taman kota, ke pantai, atau sekedar keluar rumah dan menikmati segelas limun di halaman rumah. Musim panas seharusnya membawa kebahagiaan bagi orang-orang.

Es loli, topi lebar, kacamata hitam, atau sunscreen, mungkin? Tidak, itu adalah cara orang-orang menikmati musim panas. Bukan begitu caraku menghabiskan musim panas ini. Yep, aku hanya bisa memandangi mereka dari atas sini.

"Anna!"

Aku terlompat kaget. Tapi aku tak bergeming. Sedikitpun tidak.

"Anna, mom tahu kau marah. Tapi setidaknya makanlah."

Aku termenung. Aku menoleh pelan untuk melihat wajah mom, kemudian berbalik lagi.
"Mom tahu aku sangat mencintainya, kan?"

"Sudah kubilang dia berbeda denganmu! Kau tak mungkin bisa bersatu dengannya, Anna!"

Suara mom meninggi. Persetan kalau ia marah. Sedetik kemudian, ia berkata lagi. Kali ini lebih pelan.

"Anna, kau tidak bisa bersatu dengannya."

Aku mencintainya. Fernando, ya itulah namanya. Fernando tinggal seorang diri di apartemennya yang hanya satu blok dari tempat tinggalku. Dia tinggal di apartemen dengan balkon yang tinggi. Hei, apa? Aku tahu rumahnya karena aku pernah ke sana. Aku pernah diajaknya duduk di balkon dan melihat riuhnya kemacetan yang dilatari matahari terbenam.

Aku bertemu Fernando musim semi lalu. Aku tahu, masih cukup baru untuk bisa mengatakan bahwa aku menyukainya. Aku tidak ingat banyak mengenai waktu itu, tapi yang jelas kakiku berdarah. Tidak ada yang mempedulikanku. Saat itulah ia datang, melepas earphonenya dan membawaku ke bangku taman.

'Aku berjanji akan menyembuhkanmu,' katanya. Fernando membawaku ke rumahnya untuk pertama kali, dan kuakui aku sangat takut. Lagi-lagi dia mengatakan tidak apa-apa. Aku setuju saat ia merawatku, dan kakiku yang payah ini. Fernando benar, lukaku sembuh dalam waktu beberapa hati. Mmm, kurasa, aku harus pulang kan?


Aku mengendap-endap berusaha pergi melalui jendela ketika ia datang bersama teman-temannya. Ia menarikku ke dalam dan mendekapku, memperlihatkanku di depan teman-temannya. Aku menjerit keras dan benar-benar ketakutan saat itu. Fernando tiba-tiba mengurungku seharian.

Teman-teman Fernando sudah pergi malam itu. Ia mendekapku dan berkata dengan lembut.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya tidak ingin teman-temanku menyentuhmu."

Fernando diam. Sesaat kemudian ia mulai berkata, "kini aku tidak memaksamu tinggal. Kau boleh pergi jika kau mau."

Kuakui aku sungguh tertarik padanya. Fernando adalah sosok yang sangat peduli yang semua orang. Tapi, saat itu juga sangat ketakutan. Seluruh badanku terasa bergetar hingga aku terhuyung pelan. Aku meninggalkan Fernando dan pulang. Aku tidak akin untuk menceritakan hal ini ke orang tuaku, bahkan sahabatku, Lucy.

Aku menyadari aku menyukainya, dan mungkin memiliki perasaan yang lebih. Sejak pertama kali saat pandangannya menumbuk pandanganku. Aku tahu ia baik. Kuputuskan untuk menemuinya lagi, dan ia sangat gembira melihatku. Kami berdua sering menghabiskan waktu bersama di taman. Aku akan mengendap-endap, pergi menjauh darinya yang sibuk dengan buku-buku mengenai burung, dan dia akan mengejarku dengan tertawa begitu menyadari aku tak ada di samping bangkunya. Entah mengapa, Fernando sangat tertarik dengan berbagai jenis burung.

Hingga kemarin, Tom, teman masa kecilku melamarku secara terang-terangan. Ia ingin aku menghabiskan sisa hidupku bersamanya. Tentu saja aku menolak. Aku cinta Fernando! Aku meninggalkannya sendiri di tengah teriknya mentari musim panas. Ayahku langsung memarahiku saat aku sampai di rumah. Momku tersayang juga melakukan hal demikian. Wll, kenapa mereka menentangku begitu keras? Apakah mencintai itu salah?

---

"Anna, mom tahu kau marah. Tapi setidaknya makanlah."

Aku termenung, aku menoleh pelan untuk melihat wajah mom, kemudian berbalik lagi.
"Mom tahu aku sangat mencintainya, kan"

Mom masih melihatku dengan sabar. Terkadang aku merasa, kesabaran mom tidak akan pernah habis. Tapi, ya kali ini dia cukup keras memarahiku.

"Sudah kubilang dia berbeda denganmu! Kau tak mungkin bisa bersatu dengannya, Anna!"

"Anna, kau tidak bisa bersatu dengannya." Mom mengulangi perkataannya lagi dengan pelan.

"Tapi kenapa mom? Kenapa? Aku menyukainya! Dan, ya dia-pun sepertinya mencintaiku juga."

"Sebab kau berbeda dengannya! Dia manusia!"

Aku termenung dua detik penuh. Aku mencicit pekan. Aku masih merasakan dekapan tangan Fernando pada tubuhku. Melalui buku-buku yang indah. Ia begitu sering mengagumi buluku dan bergumam sesuatu seperti Conuropsis, atau Melopsittacus, atau apapun itu bersama teman-temannya. 

Perlahan tawa Fernando yang pecah diiringi teriakan kepada Professor Reinhard atau proposal penelitian ornitologi (ilmu yang memelajari unggas) terngiang, samar-samar aku juga teringat Professornya itu menyebut sesuatu seperti 'langka' dengan menunjukku. Aku mencicit lagi. Menoleh pada ibu. Pandanganku tertuju pada biji-bijian di dekatnya. Wah, jagung!

---

Tentang Penulis,

Vadam menyukai flash fiction story. Pernah terjebak di diksi uhjan dan senja, namun mulai mencoba mengurangi frekuensinya dalam tulisan. Sekarang aktif sebagai mahasiswa di Universitas Brawijiwa, Malang.

Ruang Pertemanan, Friend Zone

Ruang Pertemanan, Friend Zone

INIKECE - Aku tidak ingat bagaimana penampilan tempat itu dulu saat aku masih disana. Yang jelas saat ini tempat itu telah kusam, baik dari segi penampilan maupun kesan di dalamnya. Suatu hari sepulang sekolah aku dan Mita pergi ke sana.

Itu adalah tempat yang mengingatkan kami pada masa kecil. Tempat kami berdua bertemu pertama kali. Tempat awal pertemanan kami. Melihat keadaan sekarang, tidak tampak seperti tempat yang bagus untuk memulai pertemanan. Tidak lagi terlihat seperti Taman Kanak-kanak.

Kini berupa bangunan kosong yang kotor. Meski masih berdiri kokoh dan tidak satu pun genting atap yang lepas. Cukup lama bangunan tersebut tidak berpenghuni. Butuh sedikit waktu lagi untuk melihat lubang atao muncul satu per satu, menakibatkan air hujan masuk, dan menciptakan aroma lembap dan lumut yang kurang menyenangkan.

Jungkat-jungkit kayu telah rapuh, perosotan retak, besi panjat berkarat, dan ayunan yang keamanannya diragukan. Disudut halaman ada sebuah sumur dengan dinding bibir setinggi pinggang orang dewasa, ditutup dengan papan-papan kayu tebal, di atasnya tergantung katrol berkarat. Aku yakin hampir semua murid pernah menjulurkan leher untuk melihat lubang menganga itu dan mendengar cerita seram.

"Sembilan tahun tidak dipakai," kata Mita seraya melewati pagar.

Bagiku, sembilan tahun adalah waktu yang sangat lama. Dlama sembilan tahun itu aku belajar, bermain, berteman, pergi ke berbagai tempat, memakan berbagai hidangan, membeli berbagai barang, sementara tempat itu membisu sendirian.

Tidak cukup jumlah murid untuk dapat membuat TK itu hidup, ditambah katanya tidak cukup layak untuk disebut sekolah. Sebutan yang kejam, namun aku mengerti. Saat aku bersekolah di sini, jumlah murid tidak sebanyak TK lain pada umumnya. Tentu pada waktu itu aku tidak tahu jumlah murid tergolong sedikit. Juga aku tidak sadar bahwa TK itu kurang luas. Bagiku yang masih kecil, semuanya tampak besar dan luas. Pendaftaran terakhir adalah angkatan di bawahku sehingga asik kelasku tidak punya adik kelas.

Setelah masuk SD, aku dan Mita berulang kali lewat tempat itu. Mulanya aku heran mengapa sepi, sebelum aku tahu bahwa TK itu berhenti beroperasi. Kadang kami iseng mampir untuk mencoba permainan. Waktu berlalu, kami jarang mampir bahkan jarang lewat, tubuh kami semakin besar, alat-alat permainan itu terlalu kecil dan rapuh untuk kami, dan mungkin terlihat konyol bila disaksikan orang.

Dua minggu lalu Bu Yani meninggal dunia. Mendadak disusupi pemikiran sama, aku dan Mita ingin berkunjung ke tempat itu. Saat melihat halaman, aku membayangkan sosok Bu Yani menyuruh kami segera masuk ke kelas. Jika saat ini aku masih terlihat beliau, itu pasti setan.

Mita membuka papan penutup sumur. Ia melemparkan batu kecil ke dalamnya. "Tidak ada air. Sudah kering. Ah, bukan, kelihatannya ditimbun," ujar Mita. Ia menutup kembali sumur itu. "Kamu ingat kisah hantu kepala putuh?"

"Iya, iya, aku ingat. Jangan cerita lagi," Aku menggeleng-geleng.

"Kamu taktu sekali waktu itu." Mita tertawa. "Yah, aku juga sama. Tetapi sekarang, kalau tahu sumurnya dangkal begini, seramnya jadi hilang."

Mita belum tahu bahwa belakangan ini rumor itu muncul lagi. Ada orang yang mengaku melihat. Aku enggan membicarakannya.

Ada dua ruang kelas, Nol kecil dan Nol besar. Sekarang kedua kelas itu tidak terlihat bedanya. Kelas Nol kecil adalah tempat kami bertemu pertama kali. Dulu aku dan Mita duduk sebangku di deretan kedua dari depan. Kami berteman akrab. Ketika naik ke Nol Besar pun kami tetap sebangku. Waktu itu baik aku maupun Mita sama sekali tidak menyangka bahwa kami akan berseoklah di tempat yang sama sampai SMA dan selalu sekelas.

"Kalau tidak salah ini Nol kecil," kataku sambil melihat atas pintu. Tentu saja tidak ada penandanya lagi. Ruangan ini masih berpintu, tidak seperti ruangan di sebelahnya. Aku membuka pintu.

Di ruangan itu ada dua meja dan tiga kursi yang diletakkan di sudut. Cuma itu, tidak ada lagi ada papan tulis. Tidak ada lagi tempelan-tempelan di dinding. Kalau ada tempelan di dinding paling cuma...

Tulisan tertempel di dinding belakang, hampir tepat di tengah. Dibuat dengan menempelkan potongan-potongan lakban hitam. Aku berhenti sejenak untuk mebaca tulisan itu : FRIENDZONE.

Kata itu terlampau akrab di telingaku, juga di telinga para anak muda. Spontan pikiranku berputar untuk mencari hubungan kata itu dengan tempat ini.

"Terdengar menyedihkan," kata Mita seraya terkikik. "Siapa yang membuatnya?"

"Orang yang  kena freindzone sampai frustrasi," kataku sambil tertawa pula. "Saking galaunya dia membuat kenang-kenangan disini."

Mendadak tawa Mita lenyap dan menatapku sambil meringis seolah heran dengan caraku tertawa.

Sebenarnya bukan hanya tulisan itu yang ada. Banyak tulisan di dinding yang dibuat dengan pena atau diukir dengan benda tajam. Sebagian adalah kata-kata jorok. Hanya tulisan "friendzone" itu yang terlihat sangat jelas. Aku meraba. Lakban masih bagus. Jelas belum lama di buat. Setidaknya paling baru dibandingkan coretan-coretan lain.

"Kamu pernah kena friendzone, Mita?" tanyaku.

Mita terbantuk. "Tidak pernah," jawabnya langsung dan tegas.

"Ah, kalau tidak salah pernah, kan? Itu, cowok yang bernama..."

"Kamu sengaja, ya? Mau aku cubit?" Mita mengulurkan tangan hendek meraih pinggangku tetapi aku mengelak.

Friendzone, sering dijadikan sindiran. Dapat menciptakan keceriaan tetapi juga menyakitkan bila yang bersangkutan memang tersakiti. Perasaan tidak terbalas dan harus menerima hari-hari berikutnya sebagai teman, hanya sebagai teman.

Kami mengambil kursi dan membawanya luar kelas setelah memastikan kursi-kursi kecil itu tidak membuat badan kami mencium lantai dengan kasar. Lantas kami melakukan suten untuk menentukan siapa yang membeli jajan. Mita kalah, ia mengeluh, "Kenapa tidak dari awal saja kita bawa?"

Aku menjawab, "Karena sejak awal kita tidak berencana makan di sini." Jawabnku sangat masuk akal sehingga membuat Mita pergi sambil bersungut-sungut. Itu keluhan yang jauh dari keseriusan, karena aku dan Mita tahu betul toko jajan hanya berjarak sepuluh meter dari pagar.

Selagi Mita pergi, aku duduk memandang rerumputan tinggi. Angin lumayan kencang menerbangkan debu ke arahku.

Beberapa saat kemudian, seorang anak lelaki datang. Sepertinya ia hendak masuk ke ruangan, namun berhenti. Kami bertatapan.

"Kamu siapa? ia bertanya.

"Kamu sendiri siapa?"

"Aku alumni TK ini."

"Aku juga."

Diam, cukup lama.

Jawaban barusan adalah jawaban paling mudah untuk menjelaskan mengapa gadis SMA duduk di depan ruangan sebuah bangunan yang tidak dipakai bertahun-tahun. Dari sudut pandang negatif, bisa jadi aku dituduh hendak atau telah berbuat macam-macam. Aku hanya datang untuk main. Sementara itu aku ingin tahu alasan anak lelaki itu datang.


Ia kelihatan sebaya denganku. Tubuh tinggi dan kurus. Rambutnya agak ikal, rapi seperti baru dipotong. Di raut wajahnya tidak ada semangat kendati matanya terbuka lebar.

Kemudian Mita datang memecah keheningan. Ia membawa tas plastik berisi makanan ringan dan minuman, "Baru ditinggal sebentar kau sudah punya cowok, Tika," canda Mita. Aku lega Mita datang meski menyertakan gurauan yang membuatku malu.

Anak lelaki itu bernama Raka. Ia seangkatan dengan kami. Dari penuturannya, rupanya ia sekelas dengan kami dulu. Aku dan Mita tidak ingat.

"Aku pun tidak ingat dengan kalian," kata Raka.

Padahal wakti itu jumlah murid tidak banyak.

Mita membeli cukup makanan untuk bertiga. Kami menawarkannya pada Raka. Raka tidak mengambil satu pun. Ia hanya berdiri bersandar di kusen pintu.

Raka berkata bahwa ia sering datang kemari. Ia belum tahu Bu Yani meninggal. Saat mendengar itu, ia memasang wajah sulit ditebak. "Aku tidak ingat Bu Yani," ujarnya. Raka bukan berasal dari daerah sini. Rumahnya berjarak tiga kelurahan dari sini.

"Meski rumahmu jauh, kamu sering datang kemari. Sedangkan kami yang tinggal dekat sini saja ajrang," kataku. "Apa kamu punya alasan khusus?" Aku memasang wajah menyelidik.

Raka mengembuskan napas. "Kalian mau tahu?"

Aku mengangguk.

"Mau tahu saja atau mau tahu banget?"

Aku dan Mita tertawa. Tidak kusangka Raka bisa bercanda dengan wajah datar seperti itu.

Kami menghabiskan waktu cukup lama. Semua makanan dan minuman habis. Aku dan Mita beranjak pergi. Raka masih ingin di sini sebentar lagi.

"Aku akan datagn lagi minggu depan," kata Raka. "Bagimana dengan kalian?"

Aku dan Mita saling memandang. "Tidak tahu. Mungkin saja," jawab Mita ragu. Artinya, kemungkinan besar kami tidak datang.

Kenyataannya, minggu berikutnya kami datang. Saat kami tiba, Raka sudah berada di kelas, berdiri menatap dinding tempat papan tulis seharusnya ditempel sambil memasukkan kedua tangan ke saku celana,

"Oh, kalian datang juga rupaya," ujar Raka.

"Aku juga tidak menyangka kau datang," balas Mita. Lalu kami bertiga menghabiskan waktu untuk berbincang seperti sebelumnya.

Minggu berikutnya juga. "Kalian mau menjadikan tempat ini sebagai markas?" ucap Raka.

"Lihat siapa yang bicara," balas Mita.

Minggu berikutnya Mita pergi untuk urusan keluarga. Ia mau berkunjung ke rumah neneknya di kota sebelah. Tanpa ragu aku mengurungkan niatku untuk pergi ke TK lagi.

Raka adalah orang baik. Ia sudah menjadi teman kami. Namun kami tidak punya kewajiban untuk dengannya terus-menurus di tempat itu.

"Dan akhirnya kamu datang juga?" kata Raka.

Aku mendapati diriku berdiri di antara rerumputan panjang, di antara mainan-mainan rapuh dan berkarat. Raka duduk di teras. Ia memegang lidi. Lidi itu ia gunakan untuk membuat garis-garis abstrak di tanah. Aku termangu, heran dengan diriku sendiri. Seolah terjadi begitu saja, dengan sangat cepat aku berpindah dari rumah ke TK.

"Kamu bisa juga datang sendiri," kata Raka.

"Hei, aku juga bisa hidup mandiri," ujarku.

Kali ini hanya ada kami berdua. Meski telah beberapa kali bertemu Raka, entah mengapa aku tetap canggung. Aku tidak tahu mau berbuat apa. Aku pikir Raka sudah menjadi temanku sehingga aku dapat bersikap biasa padanya. Pilihan paling masuk akal adalah pulang. Tetapi kakiku bukan melangkah ke belakang, melainkan maju ke depan menuju kelas. Aku melarikan diri ke kelas. Raka heran melihatku. Aku berdiri menghadap tulisan "friendzone, dan terpaku di posisi itu.

"Kamu kenapa?" Raka bertanya.

Pertanyaan bagus

Jawaban ini yang disebut salah tingkah.

Aku menghela napas, mengambil satu kursi, lalu duduk diatasnya. Raka berdiri bersandar diambang pintu. Aku tahu ia sedang bertanya-tanya dalam batin.

"Kamu tahu siapa yang membuat tulisan ini? tanyaku, menunjuk tulisan "friendzone" di belakangku. Topik itu anehnya tidak pernah dibahas saat kami berbincang bertiga, entah karena kami lupa atau tidak peduli. Baru sekarang aku menanyakan.

Raka diam sesaat. "Tidak tahu." Ia menggeleng.

"Konyol sekali, ya? Aku penasaran siapa yang menulisnya. Pasti dia galau... Hahaha..."

Garing, akulah yang konyol. Pembicaraan macet. Apa apa ini? Aku tersendat sementara Raka tidak menyambung obrolan. Ia hanya menatap langit-langit. Apa ia mencari sarang burung?

Awalnya kukira Raka sudah diajak bicara, ternyata tidak. Ia mampu bicara dengan biasa tanpa menaikkan nada atau memperlihatkan antusiasme. Berbeda dengan para anak lelaki dikelasku. Ia tahu banyak hal. Ia kebal terhadap semua sindiran yang kami lemparkan padanya. Obrolan kami dengannya mengalir. Kehadirannya bagai membawa warna baru.

Tanpa sadar aku merasa nyaman. Namun tidak kusangka aku sedemikian gugup bila hanya berdua. Seakan Raka yang sekarang berbeda dengan Raka yang biasa mengobrol dengan kami. Seakan ia orang lain. Belum lagi aku masih mempertanyakan alasan aku datang sendiri.

Setelah melihat tulisan di dinding itu, aku sadar. Aku tahu, dan harus berhati-hati.

"Terakhir kali berduaan degan cowok, aku jatuh cinta padanya," kataku tiba-tiba. Ucapan itu meluncur. Tetapi itu fakta.

"Jangan jatuh cinta padaku," kata Raka. Tanpa basa-basi, langsung, tegas, sampai aku ragu apakah dia serius atau bercanda.

Aku menunduk. "Benar juga. Kita hanya teman," kataku lirih.

Setelah hening beberapa saat, Raka berkata, "Dulu ruangan ini adalah ruang pertemanan. Tidak, bukan hanya dulu. Sebenarnya sampai sekarang pun begitu. Ruang tempat bertemu dan berteman, ruang untuk mencari teman, ruang untuk bermain bersama teman."

"Bukankah TK memang begitu?" kataku. "Jadi itukah sebabnya disebut freindzone? Ah, itu nama yang cocok. Aku dan Mita mulai berteman di sini. Dan kami juga mulai bertemen denganmu di sini."

"Benar. Friendzone. Kamu cepat mengerti rupanya." Ia tersenyum. "Tetapi ruang pertemanan ini lebih dari yang kamu pikirkan. Bukan sekadar membuatmu menambah teman. Menjadikan seseorang sebagai teman, atau memperkuat status teman." Lalu ia mengarahkan pandangan ke tulisan, lalu menyeringai. "Tetapi tulisan itu tidak ada hubungannya dengan tempat ini. Itu cuma ulah orang stres. Orang itu jelas tidak tahu esensi tempat ini. Dan kebetulan cocok."

Aku tertawa kecil. "Meski tidak tahu siapa yang menulisnya, sepertinya kau yakin sekali."

Ucapan Raka terdengar berbobot, juga terdengar dibuat-buat. Aku pikir ia ingin menjelaskan betapa berharga TK ini dengan tambahan bumbu-bumbu hikmah. Selama ini perkataannya ringan termasuk ketika bercanda. Baru kali ini ia bicara seperti membual. Ia memandang halaman. Cahaya dari luar menyinari seluruh badannya, membuat ia seperti lukisan, Wajah serius, mata terbuka setengah. Kemudian ia berpaling padaku.

Raka melihatku sambil tersenyum. Senyum hambar seakan sedih. Wajah itu, menyiratkan sesuatu. Seperti menyembunyikan sesuatu namun juga ingin mengatakannya.

Melihat ekspresi itu, seketika aku enggan tertawa. Menyampaikan pesan tanpa ucapan. Ia menghantarkan berbagai perasaan kepadaku. Ada yang aneh. Mulutku terkunci. Wajah itu datar seperti biasa, tetapi kali ini mengandung arti. Kurasa aku mengerti maksudnya. Aku tidak akan bertanya. Kalau itu membuat Raka diserbu perasaan tidak nyaman, maka aku sungguh tidak akan menyebutkan lagi. Bahkan aku bukan hanya tidak menyebut di depannya saja, melainkan di depan semua orang.

"Dulu wilayah pertemanan bukan sebatas ruangan ini saja. Dulu sekali, wilayah pertemanan sangat luas. Kemudian semakin menyempit setelah melewati beberapa masa. Yang namanya kekuatan, suata saat akan berkurang lalu lenyap."

Ucapannya diarahkan padaku, tetapi lebih seperti bergumam kepada dirinya sendiri. Tidak, suaranya jelas. Ia berujar dengan suara jelas. Hanya saja menjauh seperti gema.

"Jangan khawatir, semua ini tidak akan berdampak padamu dan pada temanmu. Ini sekadar pengetahuan. Supaya kamu sedikit terhibur." Raka menegakkan tubuh, bersiap untuk pergi, "Masalahmu adalah masalah yang sangat sepele. Setelah ini kamu tidak perlu memikirkannya lagi. Oh  ya, jangan lupa hapus tulisan itu. Perusakan akan membawa keburukan. Hakikat tempat ini pun berubah cepat akibat anak-anak nakal."

"Raka, aku tidak mengerti"

"Kau harus segera pulang, Tika."

Suaranya begitu lembut. Sekali lagi, terdengar seperti gema. Mendadak aku pusing.

"Benar, aku harus pulang," kataku, terengah-engah.

"Sekali lagi, kita hanya teman," kata Raka.

Aku berusaha menjaga tubuhku agar tidak jatuh. Kepala terasa berat. Sekali lagi aku berpaling ke "friendzone". Tulisan itu meliuk seperti ular, beserta dinding, dan semua di sekitar. Aku tidak tahu lagi apakah aku masih duduk, atau berdiri, atau berbaring. Kata-kata terakhir Raka bergerma di telinga, kita hanya teman.

"Tika, bangun!"

Aku membuka mata, "Mita?"

"Dasar, baru ditinggal sebentar sudah molor. Bisa-bisanya tidur di lantai kotor begini."

Aku duduk. Menoleh kanan dan kiri. Mencari seseorang yang semestinya di sini. Yang ada hanya Mita yang membawa tas plastik. "Mana Raka?" tanyaku dengan suara serak.

Raka? Siapa?"

Siapa?

"Raka. Raka teman kita. Cowok itu..."

"Kamu baru mimpi, ya?"

Tanpa alasan jelas, pandanganku langsung mengarah ke tulisan hitam di dinding belakang. "Tulisan itu..."

"Tulisan itu kenapa?" Mita ikut menoleh. "Itu kamu yang membuatnya, kan?"

"Eh?"

"Bukan 'eh'. Meski ini bangunan kosong, mencoret-coret sembarangan itu tidak baik, tahu. Sudah kubilang." Mita menghampiri tulisan itu. "Kalau begini tidak bisa dibersihkan kecuali kalau digaruk, atau dicat ulang. Tetapi bangunan ini mau dirobohkan, jadi bukan masalah lagi."

Aku bergegas mendekati tulisan itu. Tulisan hitam "friendzone", bukan dibuat dengan lakban hitam melainkan dengan tinta. "Tidak mungkin..." Aku meraba-raba tulisan itu.

"Apanya yang tidak mungkin?"

"Kapan? Kapan aku menulis ini?"

"Dua minggu yang lalu, kan? Kamu lupa?" ujar Mita heran. "Kamu ditolak cowok, lalu kesal, lalu mampir ke sini dan membuat tulisan itu. Meski biasanya baik, ternyata kamu bisa bandel juga. Kamu menulis itu sambil tertawa-tawa. Aku hampir mengira kamu gila."

Tempat pertemanan. Kita hanya teman. Jangan lupa hapus tulisan itu.

"Nah, mau makan sekarang? Hmm, siapa itu?" Mita berpaling ke pintu.

Sosok anak lelaki di pintu itu sama sekali tidak asing. Anak lelaki jangkung dengan rambut rapi dan sedikit ikal. "Kalian siapa?" tanya anak lelaki itu.

"Kamu sendiri siapa?" balas Mita.

"Aku alumni TK ini."

"Kamu juga."

Anak lelaki itu menajamkan mata melihat kami. "

Anak lelaki itu menajamkan mata melihat kami. "Aah, kalian Mita dan Tika, bukan? Lama tidak bertemu," ujarnya ramah. "Aku Arka. Kalian ingat? Wah, kalian sudah banyak berubah. Aku sendiri heran kenapa aku masih ingat."

Arka?

"Omong-omong, kenapa kalian di sini?" tanya Arka.

"Hmm, tidak ada apa-apa. Kebetulan ingin main. Lalu karena lapar, kami beli makanan," jawab Mita. Aku langsung menoleh ke Mita. Bukankah kami datang karena... Lalu aku melirik isi plastik yang dibawa Mita. Bukan makanan ringan, melainkan nasi bungkus dan dua botol air mineral. "Kalau kamu?" Mita balik bertanya.

"Dua hari yang lalu Bu Yani meninggal," kata Arka. "Karena itu tiba-tiba saja aku ingin kemari. Kalian tahu Bu Yani? Guru kita dulu."

"Bu Yani... siapa? Aku tidak ingat, ujar Mita. "Kamu ingat, Tika?"

Sungguh aku tidak mampu berucap, hanya bisa menggeleng.


PENULIS :

Hita Yugram suka menulis fiksi sejak lama sekali. Lulus dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Punya bnayak waktu luang. Kalau tidak punya waktu luang, ia akan berusaha membuatnya. Untuk membaca karya-karyanya yang lain, seilakn lihat di Wattpad.