Unik! Tradisi Pasca Kematian Yang Tidak Pernah Diketahui Banyak Orang
INIKECE - Setiap orang, pasti memiliki tradisi yang berbeda-beda. Mulai dari kebahagiaan hingga kematian seseorang, pasti ada tradisinya yang unik. Khususnya tradisi kematian, dimana seseorang akan menyiapkan diri untuk kematiannya, atau mewasiatkan hal-hal tertentu tetang bagimana dirinya ingin diperlakukan setelah meninggal.
Tetapi, beberapa suku di berbagai budaya ini memperlakukan kerabatnya setelah meninggal dengan cara cukup unik dan aneh. Bahkan di luar dugaan kita sebelumnya.
1. Ma'Nene, Mayat Berjalan Leluhur ( Tana Toraja )
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL9FIHCmSkc14sMKjlHlPtZF2aFC-OrtavugNFWxJDOCTwjgEN0_1NE61g6R7I5wbymPgjq6Vshymp2T2umrg70hwpcaiXT0hbWfrk84H5LGlS728YD87kQC-GdhGq0TkCiK-2gGOfa_hZ/s1600/INIKECE+-+Ma%2527Nene%252C+Mayat+Berjalan+Leluhur+%2528+Tana+Toraja+%2529.jpg)
Ma'nene adalah tradisi upacara pasca kematian yang dilaksanakan oleh masyarakat Baruppu, di pedalaman Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Ritual Ma'nene dilakukan setiap tiga tahun sekali, biasanya setelah musim panen pada Agustus.
Masyarakat Baruppu tidak mengubur mayat keluarganya, agar memudahkan mereka dalam prosesi ritual, jadi mereka penyimpannya dalam peti mati. Setelah berdoa menurut adat Toraja, beberapa mayat-mayat leluhur dan kerabat mereka akan diangkat dari peti, dipangku dengan berjalan kaki ke kampung melalui satu jalur yang sudah ditentukan.
Para pria akan membentuk lingkaran dan menari lagu adat Toraja sebagai lambang kesedihan. Mayat itu lalu dibersihkan menggunakan kuas, sapu atau kain bersih. Kemudian mayat dipakaikan baju yang baru, lalu kembali dibaringkan di dalam peti.
2. Pemontongan Jari, Ratapan Duka Suku Dani ( Papua )
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgj_AwSBD__NY4JqfGOMzzRWrQPt-iTfGM138pa8tr83i7n7wd-Plg3tSb-J5cqaUZh2DtuCnT5MOkrAN8U_VDcptcagUUBztf5cXnICsrUy_8BqZvJEv4N10t0F945VJgTtfdxTg9NUZbV/s1600/INIKECE+-+Pemontongan+Jari%252C+Ratapan+Duka+Suku+Dani+%2528+Papua+%2529.jpg)
Tradisi pemotongan jari yang dilakukan suku Dani di Papua ini memang cukup mengiris hati. Ritual ini melambangkan rasa sakit dan penderitaan ketika mereka kehilangan orang yang mereka cintai. Suku Dani percaya bahwa dengan melakukannya, mereka terhindar dari gangguan roh jahat.
Awalnya mereka mengikat tali yang sangat kencang di jari yang akan dipotong. Kemudian, kerabatnya yang lain akan memotong jari itu dengan kapak, lalu membakar luka yang terbuka. Tapi, ritual ini sudah dilarang dan tidak lagi dilaksanakan disana karena membahayakan diri.
3. Famadihana Di Madagascar, Menari Dengan Yang Mati
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjm5_hAIbkWE16ja1ChZX8QLQJGHbHl_zYjcfXq5ubEb9WNf-7G7HkhsoJv1tplN2-gGpHxNFasFpyYRUrV7P4NIZqgWQNhHek1_KRs3pfBtcdhdQsMOnFOQWSA6U8O8BJukA4dzi53qg-6/s1600/INIKECE+-+Famadihana+Di+Madagascar%252C+Menari+Dengan+Yang+Mati.jpg)
Ritual ini dilakukan berselang dua sampai tujuh tahun. Tidak berbeda dengan di Toraja, suku Malagasi mengeluarkan mayat atau sisa-sisa tulang belulang dari kuburan, menyemprotnya dengan aggur atau parfum kemudian mengganti kain kafan yang melapisinya.
Tidak hanya itu, mayat akan diajak berpesta, menari di tengah kerumunan sanak keluarga. Tradisi ini menjadi sangat unik karena biasanya lebih meriah dibanding pesta pernikahan. Tradisi ini adalah bentuk penghormatan dari suku Malagasi untuk para leluhur yang sudah memberikan kontribusi besar bagi mereka dalam menjalani kehidupan.
4. Mumifikasi, Seni Kematian Bangsa Mesir Kuno
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0Ncxgygy6ztkKvJmBuN95UmbWwHOFS58iTjoe-QWV1i6HuGP5nxnkxpr7Wfojg32Qd8GoYFBkIm5e1Pv2PhUwirLbNNo7y_T3bJXLbW5xQ8Hr51Id9R5G34ZlUXV0OCQWyQNAcDPHERG1/s1600/INIKECE+-+Mumifikasi%252C+Seni+Kematian+Bangsa+Mesir+Kuno.jpg)
Mumifikasi mulai digunakan di Mesir pada 2400 SM. Bangsa mesir kuno percaya pada kehidupan abadi, selama keutuhan tubuh dilestarikan, kehidupan setelah kematian bisa dijalani. Proses mumifikasi juga dilengkapi dengan pembangunan makam yang megah dan perbekalan untuk menjalani kehidupan akhirat. Pada awal perkembangannya, hanya Firaun yang patut mendapat perlakuan tersebut. Mumifikasi adalah proses yang panjang.
Sebelum diawetkan dengan beragam rempah dan balsam, organ dalam mayat seperti otak, jantung, hati dan ginjal akan dikeluarkan lalu disimpan dalam wadah khusus.
Mayat kemudian dicuci, dibungkus dengan 35 lapis kain linen, lalu direndam dengan resin dan minyak ini akan membuat mayat menjadi kering.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhL75kHoCbCxp1ntDjiYOAzbCreXYBcLW-ZBEd8Om0PbhAQAl7xbcCSbZeelI_4n_v0VPFeqZaCR3bE_bcs_PWkoZkHzG4F94ELlCPTA-YvjaDm4YAS6U8w9OcNY7cFcMcv9APnDEYiRhW/s1600/INIKECE+-+Memotert+Mayat%252C+Gaya+Bangsawan+Era+Victoria.jpg)
Praktik memotret mayat pada masa kini bisa jadi salah satu tindakan yang mencurigakan, tapi praktik tersebut bukan hal yang asing di abad ke-19, terutama bagi para bangsawan kaya raya. Fotografer di era Victoria cukup terampil menggunakan ilusi optik agar potert tersebut tampak dramatis, dan mayat yang menjadi objek potret terasa lebih hidup.
Misalnya menyangga mayat dengan tiang besi dan kayu, atau menggambar mata yang tertutup seolah menjadi terbuka. Potret kematian era Victoria ini mungkin akan mengaduk perasaanmu, antara kagum, kasihan, sedih, pilu, atau menyeramkan.
0 comments:
Post a Comment